Minggu, 19 Agustus 2012

Khutbah Idul Fitri 1433 H

Idul Fitri 1433 H

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر
  ُاَللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً. لَااِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدهُ صَدَقَ وَعْدَه وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْاَحْزَابَ وحْدَهْ. لَااِلهَ اِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهُ. مُحْلِصِيْنَ لَهُ الدِّ يْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لَااِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلهِ حَقَّ حَمْدَهْ. وَنَشْكُرُهُ حَقَّ شُكْرَهْ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِكَ لَهْ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَي سَيِّدِنَا  مُحَمَّدٍ وَعَلَي اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّ بَعْدُ. فَيَا عِبَادَالله اُوْصِيْكُمْ وَنفْسِيْ بِتَقْوَي الله. لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Allohu Akbar 3X  Allohu Akbar walillahilhamdu.

Saudaraku kaum muslimin rahimakumullah. Gema takbir telah berkumandang sejak tenggelamnya matahari kemarin sore hingga pagi ini mewarnai indahnya alam semesta. Betapa tidak, kumandang takbir telah dilantunkan oleh ummat Islam seantero jagad menandai datangnya hari raya fitri.Takbir yang dilantunkan merupakan suatu kebanggaan dan kebahagiaan bagi seluruh ummat Islam, bangga karena tugas besar berupa Puasa Ramadhan yang diwajibkan oleh Allah kepada kita di tahun ini telah paripurna. Bahagia karena meyakini bahwa Allah akan memberi balasan besar atas terlaksananya kewajiban puasa tersebut. Di hari fitri seperti ini Allah telah memerintahkan kepada ummat Islam untuk bersyukur dengan mengumandangkan takbir setelah menyempurnakan bilangan puasa, sebagaimana firman-Nya :

وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْا اللهَ عَلَي مَا هَدَىكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (البقرة:185)5

Artinya : "...Dan cukupkanlah bilangannya dan hendaklah engkau mengagungkan Allah atas petunjuk yang diberikan kepada kamu sekalian agar kamu termasuk orang-orang yang bersyukur " (QS : 2 Al-Baqoroh : 185)

Jama'ah sidang Idul Fitri yang berbahagia. Pada hari in kaum muslimin juga merasa bahagia karena merasa yakin bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya, yaitu  akan memberikan derajat tinggi (Muttaqin) bagi orang beriman yang mampu meyelesaikan tugas shaum di bulan ramadhan ini sebagaimana firman-Nya :

يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ  الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَي الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ  تَتَّقُوْنَ ( البقرة : 183)ه

Artinya : "Hai Orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar menjadi Orang yang bertaqwa" (Q.S : 2 Al-Baqoroh : 183)

Saudaraku kaum muslimin wal muslimat Rohima kumullah.

Di tengah-tengah suasana yang penuh kebahagian di hari kemenangan ini mari kita sejenak merenung, mengingat kejadian yang Rosul dan para sahabat alami ketika menyambut datangnya bulan Syawal. Di dalam kisah diceritakan bahwa,  Rosul dan para sahabat  tidak segembira, dan sesenang kita seperti sekarang. Beliau malah merasa sedih saat ramadhan akan berakhir. Perwujuduan kesedihan beliau tersebut terungkap dalam sabda beliau yang termaktub dalam sebuah hadis yang berbunyi  :

لوْ تَعْلَمُ اُمَّتِي مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّوا اَنْ تَكُوْنَ السَّنَةُ كُلِهَاَ رَمَضَانَ 

Artinya : " Jika sekiranya ummatku mengetahui kebaikan yang ada di dalam bulan suci ramadhan, maka akan menginginkan agar seluruh bulan dalam satu tahun dijadikan ramadhan "


Kalau kita mau merenungkan sabda Nabi tersebut, maka sungguh malu memang, mengapa kita merasa senang dan gembira padahal Ramadhan yang begitu bermakna itu telah meninggalkan kita. Mulai hari ini kita tidak akan bisa melakukan pekerjaan amal yang pahalanya berlipat ganda lagi, mulai hari ini juga pintu surga mulai ditutup, pintu neraka mulai dibuka kembali, belenggu syaitan mulai dilepas dan seluruh aktifitas ibadah mendapat pahala apa adanya, tidak ada tambahan atau pelipat gandaan seperti ramadhan kemarin. Dihari kemarin ibadah sunnah bernilai wajib, dan ibadah wajib dilipat gandakan nilai pahalanya. Hal ini perlu kita pikirkan dalam-dalam. Apalagi ternyata di hari kemarin baru sedikit  sekali waktu yang dapat kita manfaatkan untuk ibadah-ibadah sunnah, padahal sebenarnya begitu banyak kesempatan dapat kita raih. waktu terbuang percuma untuk hal-hal yang tidak berguna. Begitu banyak kebaikan yang belum dapat kami raih itu itu disebabkan karena kemalasan kita. Belum banyak shodaqoh yang dapat kami berikan padahal sebenarnya barang atau uang yang seharusnya kita shodaqohkan ada, malah uang yang akan kita shodaqohkan sekarang tidak ada di tangan kita lagi. Sedikit sekali waktu yang kita sediakan untuk bertadarrus Al qur-an. Kalau kenyataannya memang demikian, benarkah kita termasuk orang yang beruntung. Dan dengan lantangnya kita terus mengucapkan : من الائدين والفاءزين (termasuk orang yang beruntung). Sebenarnya malu kita. Apalagi Rosul pernah menyampaikan sabdanya :


 رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ سِيَمِهِ اِلاَّ الْجُوْعِ وَرُبَّ قائم  لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ اِلاَّ السَّهْرِ

Artinya : "Banyak sekali orang yang berpuasa, namun tiada baginya mendapatkan sesuatu kecuali hanya mendapat lapar dan banyak orang yang qiyamul laili (solat malam) namun tiada baginya mendapat sesuatu kecuali hanya capek saja.

Kalau Rosul mengungkapkan : "Banyak orang yang berpuasa-banyak orang yang sholat malam". Jangan-jangan yang banyak itu diantaranya termasuk kita di dalamnya. Alangkah malunya nanti di akhirat. Kita merasa banyak memiliki pahala yang kita kumpulkan dan kita banggakan, tapi ternyata kita tidak memiliki apa-apa, nihil, nol besar. Inilah saudaraku yang penting untuk kita renungkan bersama.

Allahu Akbar 3X Allahu Akbar walillahil hamdu

Saudaraku. Sejujurnya kita katakan masing-masing kita tidak ada satupun yang tahu, apakah seluruh rangkaian ibadah yang kita lakukan sebulan penuh itu diterima atau tidak oleh Allah SWT. Andaikan di terima itulah harapan kita semua. Akan tetapi seandainya tidak diterima karena kita termasuk orang yang disabdakan nabi tersebut tentu hari ini bukanlah hari kemenangan buat kita justru merupakan hari kekalahan besar. Dan tidak pantas kalau kita mengucapkan : "Minal 'aidin wal faizin", Tidak cocok juga kalau kita mengucapkan : " Selamat Hari Raya Idul Fitri ", karena diri kita belum tentu termasuk hamba-Nya yang fitrah (kembali suci). Lebih ironis lagi apabila ucapan-ucapan tadi keluar dari lisan orang yang sama sekali tidak berpuasa atau oleh orang yang berfpuasa akan tetapi puasanya jalan tapi jalan juga kemaksiatannya, puasanya dikerjakan tapi dikerjakan juga dosa-dosa dengan sadar. Na'udzu billah tsumma na'udzu billah.
Di sisi lain kita hendaknya juga bertanya kepada diri kita : "Apakah puasa yang kita kerjakan ini dapat mengantarkan diri kita menjadi insan yang bertaqwa? sebagaimana Allah telah mencanang tujuan puasa yang telah diberfirmankan di dalam Al-Qur an 

يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَي الَذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلّكُمْ تَتَّقُوْنَ (البقرة :185)5

Artinya : "Hai Orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar menjadi Orang yang bertaqwa" (Q.S : 2 Al-Baqoroh : 183)

Misi utama pelaksanaan puasa yang diwajibkan kepada kita adalah agar kita menjadi Muttaqin. Kata Muttaqin berasal dari kata Taqwa. Secara bahasa kata taqwa berasal dari kata Waqo - Yaqi - Wiqoyah yang artinya : memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai dengan tuntunan / petunjuk Allah. 

Dengan memperhatikan makna kata taqwa ini kita dapat memahami bahwa melalui puasa Allah melatih dan mendidik orang-orang Islam selama satu  bulan penuh agar pada bulan-bulan setelah ramadhan mereka tetap menjalani kehidupan dengan berlandaskan syariat Allah yaitu tuntunan Islam, segala yang diperintahkan dijalani, dan semua yang dilarang-Nya dijauhi. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan tidak hanya di bulan ramadhan saja melainkan terus harus dilakukan selagi hayat dikandung badan. Sebab Allah yang kita ibadahi di bulan ramadhan adalah Tuhan yang kita ibadahi di bulan setelah ramadhan, Allah tidak menurunkan rahmat-Nya  hanya di bulan ramadhan, Allah juga tidak menerima taubat hanya di bulan ramadhan saja. Allah juga mengabulkan doa walaupun dipanjatkan bukan di bulan ramadhan. 

Dengan memahami pengertian ini, sudah selayaknya kebiasaan ibadah yang kita kerjakan di bulan suci ramadhan kemarin terus kita lazimkan untuk kita kerjakan di luar ramadhan. Baik shodaqoh, bertadarus Al qur-an, qiyamul lail, dan ibadah-ibadah lain. Inilah sebenarnya orang yang meraih predikat Muttaqin. Kalau amaliyah-amaliyah ramadhan berhenti dengan berakhirnya bulan ramadhan bisa jadi predikat Muttaqin sebagaimana yang diharapkan dari pelaksanaan puasa ramadhan belum tercapai. Melazimkan amaliyah ramadhan di bulan-bulan setelah ramadhan telah dianjurkan oleh nabi diawali dengan disunnahkannya melakukan puasa 6 hari di bulan sawal. Sebagaimana beliau bersabda 


مَنْ صَامَ رَمَضَا نَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سُتأ مِنْ سَوَّالِ كَانَ كَصَوْمِ دَهْرِ كُلِّهَا

Artinya : "Barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan kemudian diikuti puasa enam hari di bulan sawwal, maka orang tersebut seperti berpuasa setahun penuh"

Kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia. Perintah ini sebenarnya mengandung falsafah yang penting untuk kita . renungkan. Kalau kita meliahat dari sisi lahirnya sebenarnya sudah tidak perlu lagi kita melanjutkan berpuasa di bulan sawal tersebut. Kenapa ? Toh kita baru saja masuk ke dalam kesucian dan keberuntungan. 

Perintah ini memberikan pengajaran kepada kita :

pertama, janganlah kita berhenti untuk berpuasa setelah puasa ramadhan berakhir. Karena sebenarnya masih banyak jenis puasa-puasa sunnah yang memiliki nilai pahala yang tidak kalah penting dengan puasa ramadhan. 
kedua, janganlah kita berhenti bershodaqoh dengan berakhirnya ramadhan. Karena uluran tangan berupa shodaqoh-shodaqoh di luar ramadhan akan sangat membantu saudara-saudara kita yang dalam kesehariannya mengalami kekurangan sandang, pangan dan papan.
ketiga, rutinkan bertadarus Al quran di luar ramadhan, karena ayat-ayat Alqur an isinya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Kita dapat menjadikan Al qur an sebagai pedoman hidup apabila ada upaya memahami secara kontinyu dan berkesinambungan isi kandungannya.

Secara umum, marilah kita jadikan kebiasaan ibadah ramadhan sebagai kebiasaan ibadah di luar ramadhan sebagai perwujudan bahwa kita memang layak dan pantas menyandang predikat Muttaqin.
Akhirnya di hari Ied ini mari kita saling memaafkan atas segala dosa dan kesalahan diantara kita  dan mari kita berdoa kepada Allah SWT semoga seluruh materi latihan dan pendidikan yang diberikan Allah melalui puasa ramadhan dapat kita jadikan sebagai dasar untuk menjalani kedupan kita sebagai hamba Allah yang akhirnya kita menjadi golongan Muttaqin. Yaitu hamba yang dapat menjalani kehidupan di dunia atas dasar pijakan syariat Allah. Amin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ  وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ  مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرٌ الرَّحِيْمٌ
Khutbah Kedua

الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر 
  اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ لِلهِ  مُقَدِّرِالْمَقْدُرِ. وَمُصَرِّفِ الْاَيَّامِ وَالشُّهُوْر. وَاَحْمَدُهُ عَلَي  مَاجَزِيْلِ نِعَمِهِ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الشَّكُوْرُ.  اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْك وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ  عَلَي كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدا عَبْدُهُ  وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْر وَنَظِيْرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيْرِ. صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَي اَلِهِ وَاَصْحَابهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا اِلَي الَبَعْث وَالنُّشُوْرِ. اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَي سَيِّدِنَا  مُحَمَّدٍ وَعَلَي اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّ بَعْدُ. فَيَا عِبَادَالله اُوْصِيْكُمْ وَنفْسِيْ بِتَقْوَي الله لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قال الله تعالي : مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ  ذَكَرِ اَو اُنْثَي وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ  حَيَاةً طَيِّبَةً, وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرُهُمْ بِاِحْسَنِ مَا كاَ نُوْا يَعْمَلُوْنَ (النخل : 97)ء
اِنَّ اللهَ وَمَلَائِكتَهُ يُصَلُّوْنَ علي النَّبِي يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْ صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِر لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اِنَّكَ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر اللَّهُمَّ اَعِزِّالْاِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ, وَاَهْلَكَ الْكَفَرَةَ وَالْمُلْحِدِيْنَ, وَاَعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَي يَوْمِ الدٍّيْنِ. بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ اَقْدَامَنَا, وَانْصُرْنَا عَلَي الْقَوْم الْكَلفِرِيْنَ. رَبَّنَا اَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَةً وَفِي الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وّقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ  رَب الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبٍّ الْعَالَمِيْنَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركا ته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar yang tidak provokatif, tidak mengandung unsur SARA, dan tidak menyinggung